VOSMedia, PALEMBANG – BMKG Sumatera Selatan khususnya Stasiun Klimatologi Palembang, telah merilis dari BMKG Pusat untuk prakiraan musim kemarau secara umum di wilayah Sumsel diprediksi akan masuk di Bulan Juni, yakni diantara Juni Dasarian 1 dan Dasarian 3.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Kenten Palembang, Nuga Putrantijo, mengatakan perkiraan musim kemarau sendiri akan berlangsung selama empat Bulan yakni dari Juni sampai September 2019.
“Sedangkan untuk puncak dari musim kemarau, dikatakan Nuga, akan terjadi di bulan Agustus dan September 2019,”saat di jumpai di Stasiun Klimatologi Palembang, Senin (13/5/19).
Sampai di bulan Mei di Dasarian (minggu) ke 3, nanti di 1 atau 2 Zone sudah memasuki musim kemarau, tapi secara umum untuk Sumsel awal masuknya di Bulan Juni.
Lebih lanjut dikatakan Nuga, untuk Suhu Maksimum pada musim kemarau yang tercatat selama 5 tahun terakhir, yang tertinggi justru di bulan Oktober dengan rata – rata nilainya 36,2 derajat Celcius.
“Sedangkan untuk Juni sampai September yang terpantau di stasiun Klimatologi kondisi masih normal di kisaran 34 derajat sampai 35 derajat Celcius,” jelasnya.
Sekilas Mengenal Stasiun Klimatologi BMKG
Secara umum tugas dari Stasiun Klimatologi didasari oleh undang – undang no 31 tahun 2009, yakni melakukan pengamatan unsur – unsur cuaca dan iklim serta menganalisa prakiraan dan pelayanan jasa untuk masyarakat.
Untuk layanan analisa data kebanyakan diminta oleh rekanan PU seperti curah hujan karena bisa mempengaruhi lamanya suatu proyek dan Data Frekuensi Sambaran petir untuk klaim asuransi oleh para provider BTS se Sumsel karena memang masyarakat menganggap Sambaran petir dari BTS itu bisa menginduksi peralatan mereka, sedangkan untuk masyarakat umum pihaknya menginformasikan seperti prakiraan cuaca melalui sosial media.
“Kemarin yang paling banyak meminta data Frekwensi sambaran petir itu di Kabupaten Lahat dan Muara Enim,” jelasnya.
Sedangkan untuk analisa data, Stasiun Klimatologi Palembang, selalu menerbitkan buletin tiap bulan dikirimkan ke Pemda, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), yakni berupa buku yang isinya analisis iklim bulan yang lalu dan prakiraan 3 bulan kedepan, terutama curah hujan.
“Sekarang yang paling rawan adalah kebakaran hutan, meski sebenarnya terjadi penurunan Spot atau titik api dari 2018 dikarenakan curah hujan masih cukup tinggi, namun kita tetap waspada terutama memasuki musim kemarau, sebagai antisipasi akan kita pantau terus,” terangnya.(fly)