VOSMEDIA.CO.ID_MURATARA – Wilayah geografis Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) merupakan tempat strategis untuk pertanian yang berkelanjutan, potensi bernilai tinggi ini selayaknya dikelola dengan sistem yang mempuni.
Untuk itu, Komisi II DPRD Muratara berkunjung ke Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) untuk berdiskusi tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Muratara.
Kunjungan kerja Komisi II ini didampingi langsung Ketua DPRD Kabupaten Muratara Efriyansyah.
“Tujuan dari kunjungan kerja kita kali ini hanya untuk mendorong SK LP2B agar lebih kongkrit lagi,” ujar Efriyansyah, Selasa (14/3/2023).
Sementara itu, Ketua Komisi II Ruslan mengatakan, bahwa sebagai basis daerah pertanian dan perkebunan tentunya pihaknya sebagai anggota DPRD pihaknya tidak bicara teknis tapi hanya bicara mengenai kebijakan.
“DPRD sifatnya hanya mendorong namun untuk hal-hal teknis itu adanya di dinas, setelah pulang nanti akan segera kita panggil Dinas terkait untuk mendorong SK LP2B agar datanya jelas dan lebih kongkrit lagi serta segera dapat terealisasi untuk itu peran DPRD disini bicara tentang penganggaran, pembuatan perda dan pengawasan, untuk itu kita bicara tentang anggaran apa yang dibutuhkan sehingga sawah-sawah ini tidak menjadi lahan nganggur,” katanya.
Mudah mudahan kedepan Muratara tidak hanya mengimpor atau mengambil beras beras dari Musi Rawas tapi dia berdiri di atas kakinya sendiri.
“Kami selaku Komisi II bersama Ketua DPRD Kabupaten Muratara melakukan berkunjung Ke sini untuk berdiskusi kira-kira program seperti apa yang akan kita lakukan sekarang, seperti provinsi sedang menyusun data Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan juga luas baku sawah, ini lah yang akan menjadi cikal bakal untuk menyusun data, jika sudah lengkap maka ini juga akan menjadi basis data bagi Provinsi serta tingkat Nasional untuk mengintrospeksi,” jelasnya.
Ruslan mengatakan, kami mencoba bagaimana supaya lahan lahan pertanian termasuk juga khususnya lahan sawah harus kita garap secara intensif, karena kami berpikir bahwa harga karet sangat murah maka substitusi penghasilan itu harus jadi, salah satunya sawah itu harus digarap dengan baik.
“Saat ini data yang kami dapatkan lahan sawah itu hampir 6500 sedangkan saat ini datanya baru 3260, untuk itu masih banyak data yang harus kita tingkatkan sehingga luas lahan untuk sawah itu bisa lebih baik,“ pungkasnya. (*)