VOSMEDIA.CO.ID , JAKARTA – Perum Bulog (Badan Usaha Logistik) optimistis sisa jatah impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini tidak akan didatangkan.
Bulog masih percaya produksi beras nasional masih cukup banyak untuk mengisi stok cadangan hingga akhir tahun walaupun harga gabah di petani naik tajam.
Garga gabah kering giling (GKG) kini sudah Rp 5.000 per kg sampai dengan Rp 5.500 per kg. Padahal pemerintah menetapkan Harga Pokok Pembelian (HPP) sebesar Rp 3.700 per kg. Sehingga secara hitungan, harga GKG sudah naik 48 persen.
“Kita tetap optimis (tidak akan impor), kalau pun harga panen gabah sudah tinggi, itu persoalannya. Tapi yang kita jaga di Sulawesi 4.000-5.000 ribu ton. Sampai Desember kami optimistis 1,3 juta ton (ditambah) 500 ribu ton jadi 1,8 juta ton,”terang Direktur Operasi dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, saat ditemui di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Sabtu (8/9/2018).
Sayangnya, Tri belum dapat memastikan secara kongkrit jika serapan lokal mampu memenuhi kebutuhan nasional.
Sehingga pemerintah tak perlu lagi impor beras pada semester II 2018. Saat ini serapan gabah Bulog memang telah menurun jauh menjadi 4.000 ton per hari. Pada masa panen normal, Bulog mampu menyerap hingga 10.000 ton per hari.
“Kalau diperlukan (impor) ya silahkan, sampai hari ini di Bulog belum semuanya (gabah) masuk (terserap),” imbuhnya.
Sementara, untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP), Bulog akan terus menjaga di posisi 1,5 juta ton pada akhir tahun. Sedangkan, kebutuhan nasional tiap bulan sekitar 2,4 juta ton – 2,5 juta ton.
“Stok Bulog 2,2 juta ton. Kemudian sampai akhir tahun dengan yang akan masuk 2,6 juta ton pemerintah akan pantau terus. Jadi posisi sudah menyebar di seluruh gundang di Indonesia posisi stok Bulog akan aman,”jelas Dia.
Sebagai catatan, jatah impor beras yang diberikan kepada Bulog merupakan keputusan dari rapat koordinasi terbatas awal tahun lalu. Pada saat itu, Bulog mendapatkan jatah impor beras sebesar 2 juta ton.
Dari jumlah tersebut, Bulog sudah merealisasikan sebesar 1 juta ton masing-masing Februari 2018 sebesar 500 ribu ton dan Mei 2018 sebesar 500 ribu ton.
Sedangkan jatah sisanya sebanyak 1 juta ton Bulog harus datangkan maksimal pada akhir September 2018. (Ist/FK)