VOSMedia, PALEMBANG – Sebanyak 110 Peserta mengikuti Workshop Lesson Studi untuk membangun komunitas belajar Lesson Study for Learning Community (LSLC) yang diadakan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan, Direktorat jendral Pendidikan dasar dan menengah Direktorat pembinaan sekolah menengah pertama bekerjasama dengan LSLC Universitas Sriwijaya Palembang, di gedung Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Jum’at (23/8/19).
Kegiatan workshop LSLC dibuka oleh Direktur Pembinaan SMP Kemendikbud Dr Poppy Dewi Puspitawati MA .
Berikut ini point – point arahan Direktur Pembinaan SMP (Ibu Dr. Poppy Dewi Puspitawati, MA) saat membuka kegiatan LSLC di UNSRI :
1. Kita masih dihadapkan pada tantangan Mutu Pendidikan. Dari 39ribu SMP di Indonesia, baru 26% yg indeks mutunya bagus. Indeks mutu dilihat dari 4 indikator, yaitu: Nilai akreditasi, UKG, UN, dan Rapor Mutu;
2. Sebagai upaya memperbaiki mutu pendidikan, proses pembelajaran didorong untuk mengeksplorasi & menerapkan keterampilan belajar abad ke-21, literasi, dan PPK;
3. Proses pembelajaran ini dapat disinergikan dg Lesson Study guna membangun komunitas guru yg lebih profesional dan untuk meningkatkan kompetensi guru, sehingga sekolah memiliki indeks mutu lebih meningkat;
4. Terkait dg Karakter, kita dapat bercermin pada negara Jepang, seperti kedisiplinannya, pantang menyerah, dan lainnya;
5. Kegiatan workshop LSLC sebagai pemantik dan bagian dari kegiatan awal untuk nantinya terus menerus guru menerapkan LSLC di satuan pendidikan masing2. Kegiatan LSLC ada yg bisa langsung di adopsi dan ada juga yg harus di adaptasi sesuai dg kondisi sekolah;
6. Kita harus mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pucuk pimpinan pada masa yang akan datang, agar Indonesia Emas dapat kita raih.
Rektor Universitas Sriwijaya, Prof Dr Ir H Anis Saggaff MSCE, mengatakan pendidikan di Indonesia ini sebenarnya sudah berjalan dengan baik tapi kalau kita melihat diluar justru lebih bagus lagi, jadi dari harapan diadakanya workshop ini paling tidak apa yang diterapkan di FKIP UNSRI yang sudah bagus itu bisa meningkat lagi, tentunya dengan meminta bantuan dari kementerian yang dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, karena yang di olah di perguruan tinggi ini peruntukannya bagi Kementrian Kebudayaan seperti Guru PAUD, SD, SMP, SMA.
“Kementerian ini punya program upgrading untuk kepala – kepala sekolah kemudian untuk guru – guru, bekerjasama dengan kita mengadakan Sistem Learning Community ini, karena memang sistem itu bagus, seperti negara luar itu lebih maju karena LSLC nya besar,” ujarnya.
LSLC, Lanjut Anis istilahnya belajar kelompok tapi bukan mencatat dan menyalin, jadi lebih kepada diskusi bersama guru, maupun antara guru didalam kelas bersama murid, jadi kalau didalam sistem ini guru ataupun kepala sekolah sebagai muridnya nanti ada guide dari pihak UNSRI.
“Harapan saya dari ini nantinya akan tertular di kepala sekolah atau guru dan mereka bisa terapkan di sekolah masing-masing,” ucapnya.
Dijelaskan Anis, Learning Community ini menggali, jadi instrukturnya tidak boleh terlalu banyak memberikan statement, statement sedikit saja yang sudah di guide kemudian anggotanya mencari sumber – sumber diskusi, lebih kepada menggali potensi, kalau untuk materi memang didalam kelas.
Di Perguruan Tinggi sudah berubah, kalau 3 SKS sekarang Dosen cukup 1 SKS memberikan materi di kelas dan 2 SKS nya itu untuk menggali potensi mahasiswa, sehingga kelas itu lebih banyak mahasiswa yang ngomong, masalah materi untuk Minggu depan untuk satu semester sudah dibagikan terlebih dahulu namanya SAP,
“Dari situ mahasiswa akan mencari materi itu sebelum masuk kelas, sudah 3 tahun ini UNSRI menerapkan itu, seperti sudah kelihatan potensi dari mahasiswa itu sudah tergali,” terangnya.
Ketua Pusat Inovasi Pembelajaran Unsri Prof Dr Ratu Ilma Indra Putri M Si, menjelaskan Workshop LSLC kali ini mendatangkan Prof Masaaki Sato ahli LSLC pendidikan Matematika dari Jepang dan Direktur Pembinaan SMP Dr. Poppy Dewi Puspitawati, MA, yang akan memberikan pelatihan kepada guru – guru di Sumsel, supaya mutu pembelajaran dan mutu guru lebih meningkat.
“Sebagai contoh pada konten matematika, tapi sistem yang digunakan adalah LSLC,” ungkapnya.
Di workshop ini mekanismenya adalah bagaimana mendesain sama – sama, kemudian melaksanakan pembelajarannya sama – sama, ada yang jadi guru model dan ada juga yang menjadi observer, setelah itu kita merefleksi bagaimana betul pelaksanaanya ke siswa.
Peserta yang hadir disini, lanjut Ratu adalah perwakilan dari Sekolah rujukan dan 13 Sekolah binaan dari UNSRI, LSLC melakukan workshop ini baru yang pertama kalinya mendatangkan ahli dari Jepang, sedangkan LSLC ini sendiri sudah dilaksanakan sejak tahun 2004.
Ahli Learning Community Jepang, Prof Masaaki Sato melalui transleternya seorang konsultan pendidikan Jepang, DR Naoumi Takasawa, secara teknisnya kedatangan mereka ke Palembang adalah untuk memberikan pengetahuan tentang LSLC, melalui Direktorat Sekolah Dasar dan Menengah dan tidak dibayar.
“Dahulu ada kerjasama denga JCA tetapi sudah selesai, sekarang Kemdikbud men”followup” lagi untuk melanjutkan kerjasama yang sudah terbangun dengan pihak Jepang,” jelasnya.
Dirinya akan memberikan materi workshop, yang mana proyek ini dari tahun 2004, sekaligus akan memberikan share kepada seluruh peserta.
Naoumi memandang sistem pendidikan Indonesia sekarang sudah lebih bagus karena fokusnya itu berdasarkan kwalitas yang dilihat dalam proses pembelajaran, management kurikulumnya sudah bagus.
Lembaran proses aktifitas dan pembelajaran harus selalu di tingkatkan, terutama untuk pendidikan matematika,
“Ini adalah yang pertama di Palembang, kita sangat bahagia, dan semoga ini terus berlanjut,”tuturnya.
Kisi – kisi yang mau disampaikan nanti, secara gamblang dirinya mengatakan memfokuskan pada komunitas belajar, pengembangan profesional guru untuk sekolah menengah.
Tidak perlu lagi ke tingkat nasional, di tingkat sekolahnya pun sudah dilakukan jadi memang tidak perlu kemana – mana hanya di lingkungan sekolah sendiri mereka sudah bisa membentuk komunitas mengembangkan profesionalisme,
Mereka akan memfokuskan diri pada bagaimana siswa belajar dari pada guru mengajar, jadi lebih baik siswa yang belajar daripada guru yang mengajar.
“Kami kesini untuk melihat aktivitas siswanya bukan untuk melihat gurunya, bagaimana siswanya belajar, bagaimana gurunya harus membentuk apa yang akan di ajarkan, sehingga fokusnya adalah kepada siswa,” urai Naoumi.
Sementara itu, salah satu peserta yang hadir, Kepala SMPN 27, Selamet Cahyono menjelaskan bahwa dirinya hadir disini sebagai perwakilan sekolah Rujukan oleh Kemendiknas dan senang bisa hadir disini karena LSLC ini sangat bagus untuk pengembangan pembelajaran sekolah dan terutama untuk peningkatan mutu pendidikan, jadi para guru bisa me management kelas dengan baik
“LSLC ini sangat baik sekali untuk membentuk sekolah – sekolah bermutu di Sumsel,” jelasnya.
Nurjanah MPd, sebagai guru model saat open class di SMPN 1 Palembang selama 2 jam pelajaran, mengajarkan matematika di kelas 8 dengan menerapkan pembelajaran sistem LSLC , semua peserta kegiatan adalah sebagai observer, setelah itu direfleksi oleh observer dan terutama oleh Mr. Masaki Sato dan Mrs. Naomi dari Jepang. Kegiatan berakhir pukul 17.00 wib.
“Sangat beruntung pelaksanaan Open Class ini dihadiri dan di observasi langsung oleh pakar LSLC dari Jepang, Prof. Masaki Sato dan Dr. Naomi Takasawa. Banyak ilmu yang didapat dari hasil observasi beliau, terutama pada teknik pelaksanaan pembelajaran, mosalnya dakam menentukan kriteria dalam kelompok peserta didik. Dari pelaksanaan open class intinya justru guru juga banyak belajar dari sisi pemahaman peserta didik.
Open class seperti ini sangat dibutuhkan oleh guru untuk merefleksi proses pembelajaran dan mengeksplor kemampuan peserta didikdidik,”tutupnya. (fly )