VOSMedia, PALEMBANG – Sebagai Bangsa yang memiliki rekam jejak sejarah panjang dan keragaman budaya lokal yang menambah ciri khas tersendiri bagi Bangsa Ini, sudah sewajarnya upaya pelestarian dan pengembangan yang berkelanjutan bagi warisan budaya, terus untuk di gaungkan, karena warisan budaya adalah jati diri dan ciri khas dari suatu bangsa.
Instrumen inilah yang menginisiasi, beberapa komunitas pencinta Keris, Tombak, Pedang dan pencinta warisan budaya yang lain di Sumatera Selatan (Sumsel), untuk melebur dengan nama Komunitas Palembang Pusaka Bahari.
Ketua Komunitas Palembang Pusaka Bahari, M.S.A. Surya Negara, SH, mengatakan hal itu, saat deklarasi Komunitas Palembang Pusaka Bahari, di ALTS Hotel Palembang.
“Selain dari upaya pelestarian, Pengukuhan Palembang Pusaka Bahari ini, bertujuan sebagai wadah untuk bersilaturahmi sesama penggemar pusaka baik itu keris pedang dan tombak,” ungkapnya, Sabtu (27/4/19).
Dengan beranggotakan 30 orang komunitas ini meyakini, akan terus berupaya dalam pelestarian warisan pusaka tersebut, menghidupkan kembali penggemar dan pencinta peninggalan sejarah dan mengenalkannya ke dunia Internasional.Karena upaya pelestarian budaya tidak cukup hanya dilakukan melalui berbagai pertunjukkan dan pentas.
“Sejauh ini, kita telah melakukan perawatan, restorasi, pembetulan terhadap beberapa koleksi pusaka dan tentu menjadi suatu hobi yang mengasyikkan,” Jelasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komunitas Palembang Bahari, dr. Feriyanto, mengatakan dengan melestarikan budaya lokal atau daerah, bisa bermanfaat memperkaya kebudayaan nasional sehingga dengan keanekaragaman budaya ini, bisa mendatangkan wisatawan untuk datang ke Indonesia khususnya di Palembang.
“Ini penting dilakukan agar masyarakat, khususnya generasi muda termotivasi dan memiliki pemahaman yang baik tentang sejarah, serta terlibat aktif dalam melakukan upaya pelestarian itu,” urainya.
Dikatakannya, tantangan terbesar bagi generasi milenial saat ini adalah bagaimana kaum ini bisa mengambil alih informasi dari warisan budaya dan tradisi tersebut, dengan tidak semata-mata menjadi persoalan identitas kultural dimana dirinya dilahirkan, melainkan menjadi energi potensial yang positif dalam pengaplikasian kehidupan sosial ekonomi di masa depan.
“Mencintai budaya asli dan melestarikannya bukanlah hal yang kuno dan ketinggalan jaman,” terangnya.(fly)