VOSMEDIA.CO.ID, JAKARTA : Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi saat ini dinilai akan membuat sejumlah industri dalam negeri terpukul, terutama yang mengandalkan bahan baku impor. Salah satunya adalah produsen tahu tempe yang bahan baku kedelainya harus impor.
Namun, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, pelemahan rupiah belum berdampak pada harga impor kedelai. Menurut dia, sejak 4 bulan lalu hingga sekarang harga impor kedelai stabil.
“Kalau di tingkat produsen tetap saja. Sebab harga kedelai di importir masih di kisaran Rp 6.900-Rp 7.100 per kilogram dalam 4 bulan belakang ini,” kata Aip saat dihubungi kumparan, Minggu (9/9).
Aip mengatakan, stabilnya harga impor kedelai yang menjadi bahan baku tahu tempe di dalam negeri lantaran stok kacang kedelai di Amerika Serikat masih banyak pasca-panen.
Karena harga impor kedelai masih relatif aman, dia memastikan tidak ada kenaikan pada penjualan produksi tahu tempe di tingkat produsen. Dalam satu porsi tempe reguler, misalnya, saat ini masih dijual Rp 2 ribu.
“Harga tempe sekarang masih normal. Kalau dari pabrik Rp 2.000 per kemasan atau Rp 2.500 bisa dipotong jadi 10 buat digoreng,” jelas dia.
Meski begitu, Aip tetap meminta pemerintah bisa mengendalikan harga impor kedelai ke depannya jika stok di negara eksportir menipis. Menurut dia, harga impor kedelai pernah mengalami peningkatan tajam saat 2008-2011.
Kala itu, dengan dolar AS Rp 7.000-Rp 9.000, harga kedelai bisa mencapai Rp 11.000 per kg. Padahal, harga beras dalam negeri saat itu yang paling mahal Rp 7.000 per liter.
Akhirnya pada 2011, Gakoptindo mulai buka keran impor. Sejak itu, harga impor kedelai bisa turun. Importir pun tidak bisa bermain-main lagi kepada produsen sebab harga kedelai di AS saat ini bisa diakses di situs resmi komoditas di sana.
“Baru ketahuan harga modal di sana berapa. Sehingga kita landed harganya sekian. Kedua, harga kedelai di AS juga bisa kita akses, sekarang importir tidak bisa bohong lagi. Tapi, meski sekarang sudah stabil, kalau nanti harganya jadi mahal lagi, pasti kami menjerit kayak waktu itu,” jelas Aip.
Sumber : Kumparan. Com