VOSMedia, PALEMBANG – Hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan, saat melihat Logo Kota Palembang yang disahkan melalui Keputusan DPRD kota besar Palembang No. 36/DPRDK/ 1956, dibandingkan dengan desain logo Palembang yang dipakai sekarang terutama yang terlihat di Portal resmi Palembang go.id.
Dikatakan Sejarawan Palembang, Rd. Muhammad Ikhsan, kalau secara resmi dan disahkan memang mengacu kepada keputusan DPRD tersebut, terutama yang melambangkan Bukit Seguntang seharusnya berbentuk Segitiga bukan berbentuk lain, jadi jangan sampai terjadi kesimpang siuran lagi.
“Hal ini unik untuk dibahas, Apalagi sebentar lagi Kota Palembang akan merayakan Ulang Tahunnya yang ke 1336 pada 16 Juni ini, karena simbol itu jelas ditulis Segitiga, namun yang yang banyak beredar terutama di internet lebih kepada bentuknya setengah lingkaran,” ungkapnya, Jumat (14/6/19).
Ikhsan menerangkan, hal itu terjadi mungkin lebih kepada unsur ketidak sengajaan saja, namun seharusnya tidak terjadi kelalaian lagi, karena elemen lambang kota lazimnya memiliki arti simbolik tertentu dan Motto pada lambang kota besar merupakan bagian tidak terpisahkan dari konsepsi lambang kota besar.
Ikhsan berharap, agar kedepannya setiap pembuatan logo dan lambang Kota, sebaiknya mengacu pada dasar hukumnya dan untuk masyarakat sebaiknya menggunakan lambang yang telah disahkan secara hukum.
“Mestinya kalau diredesign atau digambar ulang secara normatif harus persis sama dengan keputusan DPRD tahun 1956 tersebut,”terangnya.
Senada dengan itu, Ketua KompakS , Hermeyudi menjelaskan menurut buku koleksi KompakS yang berjudul Buku Peringatan Lima Puluh Tahun Kota Praja Palembang, karangan R.M Akib tahun 1956, memang tertulis Segitiga di logo itu dan mencerminkan Bukit Seguntang Palembang.
Hal yang kecil seperti ini biasanya terlewatkan dan disepelekan, namun sudah sebaiknya kita sebagai orang – orang yang terlahir dari sebuah sejarah untuk saling mengingatkan.
“Jadi jangan lah terus menerus momentum peringatan kelahiran kota Palembang hanya jadi sebuah peringatan setiap tahunnya namun jadikan sebuah perbaikan dalam setiap kesimpang siuran dari sejarah Kota Palembang,” tutupnya.(fly)